2/26/2009

~Teman Di Sepanjang Perjalanan Di Tengah-tengah Buih-buih Sesat~


“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah dan janganlah kamu bercerai-berai” [Ali Imran :103]

Saidina Umar Ibnul Khattab ra. menganggap nikmat ukhuwwah sebagai anugerah Allah yang paling berharga bagi seorang hamba sesudah nikmat Islam. ‘Umar ra. Berkata;

“Tiada sesuatu kebaikan pun yang dianugerahkan kepada seorang hamba sesudah Islam, selain dari saudara yang soleh. Apabila seseorang di antara kamu merasakan sentuhan kasih sayang dari saudaranya, maka hendaklah ia berpegang kepadanya.

Teliti dalam memilih teman telah diungkap melalui bait-bait syair berikut:

”Engkau dinilai di kalangan manusia dengan melalui orang yang engkau pilih sebagai teman dekatmu.

Maka bertemanlah dengan orang-orang pilihan nescaya darjatmu terangkat tinggi dan memperoleh sebutan yang baik.”

Bersainglah apabila persainganmu untuk mencari saudara yang bijak, iaitu apabila engkau ingin bersaudara dengan ahli taqwa.

Tiada kebaikan pada diri orang yang tidak dapat kebaikannya di waktu bilapun, dan tidak pula gangguan dapat dihindarkan darinya.”

Ciri-ciri orang yang baik untuk dijadikan teman sepergaulan.

* Yang baik tutur katanya.

Hal ini disebut oleh ’Umar ra. melalui ungkapan berikut;

”Seandainya aku tidak berjuang di jalan Allah, atau meletakkan keningku di tanah kerana sujud kepada Allah, atau duduk semajlis dengan suatu kaum yang suka memungut perkataan yang baik sebagaimana mereka memungut buah masak yang terjatuh, tentulah aku lebih suka mati saja mengadap Allah.”

* Yang dapat meringankan beban yang memberatimu dan melenyapkan segala macam protokol antara kamu dan dia.

Jaa’far ibnu Muhammad as-Siddiq mengatakan;

”Teman-teman yang paling berat bagiku adalah orang menjadi beban bagiku dan aku harus memelihara hubungan dengannya secara formal. Dan yang paling ringandi antara mereka adalah seorang yang bila aku ada bersamanya sama dengan ak dalam keadaan sendirian.”

* Yang tidak materialistik dan suka kepada hal-hal yang meninggikan darjat.

Perumpaan sikap Imam Ahmad dalam memilih teman sebagaiman yang dikatakan oleh orang yang menyanjunginya;

”Dia berbuat baik untuk membela agama Allah dan tidak pernah takut menghadapi bencana, manakala dia melihat ahli kebenran dizalimi.

Teman-teman dekatnya, adalah setiap orang yang beroleh taufiq, memahami perintah Allah, lagi suka kepada hal-hal yang meninggikan darjat.”

* Yang selalu mengingatkan kita kepada hari akhirat.

Sebagaiman yang dikatakan oleh al-Hasan al-Basri, penghulu para tabi’in;

”Teman-teman kami lebih kami sukai dari keluarga dan anak-anak kami sendiri, kerana keluarga kami mengingatkan kami kepada dunia, sedangkan teman-teman kami selalu mengingatkan kepada akhirat.”

* Yang mengutamakan orang lain.

Penyair Shaleh Hayawi telah berjanji melalui ungkapan berikut;

”Selamanya aku selalu bersama orang-orang yang taqwa, bersama para da’ie yang mengamalkan ilmunya.

Iaitu mereka yang menyebarkan panji Ahmad (Nabi Muhammad SAW) setinggi-tingginya di seluruh dunia.

Iaitu mereka yang bersikap objektif dan mengutamakan orang lain yang menjadi teman mereka.

Aku selalu bersama mereka, bersama orang-orang yang bertaqwa, iaitu para da’ie kaum muslimin.”

* Yang selalu memberi nasihat.

Seseorang antara orang soleh yang membantumu untuk mengamalkan agama Allah dan menasihatimu hanya kerana Allah.

Bahan yang paling ringkas untuk menjadi pedoman bersaudara, sebagaimana yang ditegaskan oleh Zainul ‘Abidin @ Ali Ibnul Husain ra. Melalui ungkapan berikut;

“Sesungguhnya lelaki yang sejati hanya mau duduk(bergaul) bersama orang yang dapat memberi masukan bermanfaat bagi agamanya.”

Hal ini juga dijabarkan oleh Iqbal melalui sya’irnya dengan tegas agar kita tidak tertanya-tanya lagi sesudahnya. Ia berkata dalam doanya kepada Allah SWT;

”Anugerahkanlah daku teman sejati yang tulus lagi dapat meluruskan kebengkokan fitrahku, wahai Yang Menguasai Ni’mat.

Anugerahkanlah daku teman setia lagi berakal yang dpat membimbingku dan dia tidak mempunyai hubungan sama sekali dengan dunia”

Sesungguhnya teman seorang da’ie muslim adalah da’ie muslim lain yang tidak punya hubungan sama sekali dengan dunia.

”Hubungan hanyalah dengan masalah-masalah akhirat dan kerinduannya hanya kepada syurga.

Antara dia dan dunia putus hubungan dan tidak saling kenal.

Jika engkau mencarinya dengan teliti, nescaya engkau akan mendpatkannya. Sesungguhnya dia adalah temanmu yang sejati.”

Jadikanlah dia sebagai saudaramu, cintailah dia dan temanilah dia dan berikanlah kepadanya hal yang semisal dengan apa yang diberikannya kepadamu. Jika tidak maka sesungguhnya engkau adalah orang yag lemah, sebagaimana yang dikatakan oleh pepatah berikut;

”Orang yang paling lemah adalah orang sembrono dalam mencari teman, dan orang yang lebih lemah dari itu adalah orang yang mensia-siakan teman-teman yang telah berhasil diraih sebagai teman setia.”


Maka, pereratkanlah tali kasih persaudaraan.. .

Fudhail ibnu ’Iyadh mengatakan;

”Barangsiapa yang hendak mencari teman tanpa cacat, pasti dia tidak akan menemukan teman dan akan hidup tanpa teman.”

Penyair juga ada mengatakan;

”Tiada celaan dan tiada teguran kerana melakukan kesalahan.”

”Maafkanlah saudaramu bila dia datang kepadau dengan membawa kekeliruan.”

”Apabila tampak ada kekeliruan dari temanmu, maka bersikaplah kepadanya seolah-olah tidak mengetahui kekeliruannya sebagai sikap maaf dirimu terhadap kekeliruannya..

Pemuda yang paling disukai adalah yang menutup pendengarannya terhadap berita-berita yang keji seakan-akan pada telinganya terdapat sumbatan dari setiap berita yang keji.

Dia berhati bersih lagi tulus, tidak pernah melakukan hal-hal yang menyakitkan, tidak pernah mencegah kebaikan dan tidak pernah mengatakan hal-hal yang tidak disukai…”

Sesungguhnya pengetahuan yang diwariskan kepada kita oleh seorang tabi’in bernama Bakr ibnu ’Abdullah al-Muzani mengatakan,

”Bahawa sesungguhnya jika engkau menjumpai sikap menjauhi (acuh) dari saudara-saudaramu, maka hal itu terjadi kerana dosa yang pernah engkau lakukan, kerana itu bertaubatlah kepada Allah SWT. Apabila engkau menjumpai dari mereka kecintaan yang bertambah, maka hal itu disebabkan kerana suatu ketaatan yang elah engkau lakukan, oleh itu bersyukurlah kepada Allah SWT..”

Salahkanlah dirimu bilamana kamu diperlakukan dengan kasar oleh temanmu atau kamu melihat hakmu yang biasa kamu terima dari mereka diabaikan.

Sesungguhnya nas-nas terdahulu tentang fiqh persaudaraan seiman, dituangkan oleh Abdul Wahhab ’Azzam di masa sekarang melalui dua bait sya’ir yang padat isinya dan dipetik dari Diwan Matsami. Ia mengatakan seperti berikut;

”Dalam hatiku ada dua laut yang masin dan yang tawar, dan padanya ada angin taufan dan angin pembawa kesuburan.

Maka laut itu terasa pahit bagi para pembangkang lagi penuh dengan badai, dan laut itu terasa tawar dan menyegarkan lagi jernih bagi temanku..”

Wahai da’ie muslim, engkau dituntut untuk memenuhi hatimu dengan rasa kasih sayang kerana Allah kepada saudara-saudara seiman, sebagaimana engkau dituntut untuk memenuhinya dengan kebenciaan terhadap ahli kebatilan dan para pembangkang.. .

0 comments: